Proses pembuatan film
melalui tiga tahap; pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Tiga hal
ini tidak melulu harus berurutan seperti diatas, bisa dibolak-balik
tergantung kebutuhan pengerjaan film. Pra produksi mencakup penulisan
ide sampai menyiapkan sinopsis atau cerita. Kemudian tahap produksi
(syuting) akan melaksanakan semua yang sudah dipersiapkan pra produksi.
Dan yang terakhir adalah pasca produksi yang akan merangkai semua yang
ada dari pra produksi dan produksi. Proses yang paling berat adalah pra
produksi, bahkan sering dikatakan ketika pra produksi selesai maka film
itu sudah 70% jalan dan kedua proses selanjutnya tinggal melanjutkan
30%.
Melewati
proses pembuatan film, Alex Sihar dari Konfiden membawa forum ke
pembahasan selanjutnya, yaitu film sebagai media. Film dapat
dikategorikan sebagai sebuah media dengan membawa seni paling banyak
(seni suara, musik, drama, menulis, lukisan, dan fotografi) yang dicecap
oleh hampir semua indera mausia.
- Jenis Film dan perkembangannya
Film dapat dibagi berdasarkan beberapa hal. Pertama, film dibedakan berdasarkan form atau media, yang kemudian dikategorikan menjadi live, action, dan animation.
Yang kedua, film dibagi berdasarkan jenisnya, yaitu film fiksi dan non
fiksi. Film fiksi sendiri dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu
eksperimental dan genre. Film non fiksi dibagi menjadi tiga, yaitu film
dokumenter, dokumentasi dan film untuk tujuan ilmiah.
Jumlah
film dokumenter dan film pendek (tahun 2006) sekitar 1500 judul, tapi
tidak banyak yang sampai ke penonton. Kritik merupakan kedudukan dalam
mereview sebuah film, sehingga ketika kritik akademik ataupun
jurnalistik menjadi produk, maka logikanya penonton pun akan menjadi
lebih baik. Penonton menjadi semakin melek terhadap bahasa visual (visual literate).
Di sisi distribusi, kedudukan review dan iklan film sangat penting. Ia
menjadi signifikan dalam melihat penambahan jumlah penonton.
- Perfilman dunia
Bagaimanakah
melihat perfilman dalam konteks (kebijakan) negara berdasarkan fungsi
film. Film dipandang sebagai komoditas industri oleh Hollywood,
Bollywood dan Hongkong. Di sisi dunia yang lain, film dipakai sebagai
media penyampai dan produk kebudayaan. Hal ini bisa dilihat di negara
Prancis (sebelum 1995), Belanda, Jerman, dan Inggris. Dampak dari
pembagian ini, film akan dilihat sebagai artefak budaya yang harus
dikembangkan, kajian film membesar, eksperimen-eksperimen pun didukung
oleh negara. Kelompok terakhir menempatkan film sebagai aset politik
guna media propaganda negara. Hal ini sering dijumpai di negara-negara
otoriter, seperti Rusia, Cina, Indonesia, Afganistan, dll. Film berada
di bawah pengawasan departemen penerangan dan konsep sensor film
berkembang disini. Obrolan ini berlanjut pada fungsi sensor film dalam
sebuah negara yang tidak selalu difungsikan dengan baik, atau adanya
perlakuan yang berlebihan terhadap sebuah karya yang telah dihasilkan.
0 komentar:
Posting Komentar